Selasa, 09 Juni 2015

Membangun Kepemimpinan Pemuda yang Berkarakter Menurut Suratan Filemon



1. Menjadi seorang yang dapat menerima kelemahan orang lain
Dalam surat Filemon ini Paulus berjumpa dengan seorang budak yang  bernama Onesimus, ia dimasukkan dalam penjara karena melakukan tindakan criminal. Kesalahan Onesimus menyebabkan ia dimasukkan alam penjara. Banyak orang memberi stigma negative pada semua tahanan atau orang yang dimasukkan dalam penjara, dan sukar sekali mereka bisa menerima dengan tulus seorang tahanan ataupun bekas narapidana.Tetapi Paulus memiiliki hati seperti Kristus, ia justru menerima Onesimus untuk dilayanani. Paulus memberikan waktu secara khusus membina Onesimus menjadi seorang yang berubah secara radikal. Sentuhan tangan dan hati Paulus yang dia dapat dari teladan Kristus memberinya kemauan yang keras bahwa Onesimus bisa menjadipribadi yang berubah menjadi baik.

Dalam pelayanan Yesus di dunia Ia memberi pemaknaan yang baru tentang obyek manusia yang dilayani. Dalam pandangan kaum Farisi orang benar yang menjadi obyek pelayanan tetapi Yesus mengatakan, “ Bukan orang benar yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit yang memerlukan tabib. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari orang yang berdosa.” Semangat ini juga yang dikembangkan oleh Paulus dalam pelayanannya. Waktu bertemu dengan Onesimus hatinya dipenuhi dengan kasih yang luar biasa sehingga ia tergerak untuk melayani secara pribadi Onesimus.

2. Menjadi seorang  yang dipenuhi dengan kesabaran
Membentuk seorang budak yang punya latar belakang tidak baik membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Tanpa sebuah kesabaran, mustahil Onesimus dimenangkan oleh Paulus menjadi pribadi yang baru. Sebuah kesabaran yang sekalipun kelihatan lama hasilnya, selalu memberi hasil yang besar. Kesabaran ibarat titik air yang menetes di batu karang terus menerus sehingga membuat lubang besar pada batu karang.

Seorang penjunan yang ahli dapat membuat perabot-perbot yang indah bukan hanya karena ia mempunyai ketrampilan tangan, tetapi ia harus memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. Seorang pemimpin KKA harus memiliki sebuah kesabaran yang tinggi seperti Kristus dan Paulus. Ia sabar menghadapi tekanan, perbantahan, dan sabar melihat hasil akhir dari apa yang telah ia kerjakan.

3. Menjadi seorang yang tidak suka memerintah dan memaksakan kehendak
Onesimus adalah budak dari seorang kaya yang bernama  Filemon. Kebetulan Paulus sangat mengenal dengan Filemon, bahkan Filemon termasuk anak rohani dari Paulus. Tentu, Paulus punya wewenang untuk langsung menentukan sikap dan mengambil keputusan tanpa meminta persetujuan dari Filemon. Tetapi Paulus tidak melakukan dan menggunakan wewenang rohaninya sebagai guru rohani Filemon dengan mengambil keputusan secara sepihak.

Inilah sikap seorang gembala yang baik, sekalipun ia punya kuasa untuk mengambil sebuah keputusan berdasarkan posisinya, tetapi ia tetap menghargai dan menghormati orang lain sebagai pribadi yang pantas untuk diajak bertukar pikiran. Seorang gembala tidak boleh memaksakan kehendaknya, ia harus melibatkan orang lain dalam proses pengambilan keputusan sehingga membuat konflik semakin kecil.

4. Menjadi pribadi pendamai
Onesimus melakukan tindakan yang tidak baik, ia telah melakukan tindakan yang jahat terhadap tuannya, Filemon. Hubungan yang baik di antara keduanya menjadi rusak karena ulah Onesimus yang tidak baik. Atas tindakan Onesimus yang salah tersebut, maka Filemon memasukkan Onesimus ke dalam penjara. Konflik antara Onesimus dan Filemon menjadi sebuah perusak kemitraan mereka berdua.

Paulus adalah seorang mediator yang ulung, di tengah hubungan yang tidak harmonis dan rusak tersebut ia tampil sebagai seorang pendamai. Ia meminta atau memohon kepada Filemon untuk menerima atau berbaikan dengan Onesimus. Dan akhirnya Onesimus kembali lagi ke tempat Filemon. Seorang pemimpin KKA pemuda adalah seorang yang senang dan selalu mengupayakan pendamaian terhadap seseorang yang sedang berkonflik, sehingga situasi yang kondusif terjalin kembali.

5. Membagikan kepercayaan dengan mendelegasikan tugas
Pendelegasikan tugas adalah penyerahan wewenang dari atasan kepada bawahan di lingkungan tugas tertentu dengan kewajiban mempertanggungjawabkan kepada yang menugasi. Tidak semua pemimpin memiliki keberanian untuk mendelegasikan sebuah tugas kepada bawahannya, jemaat atau anak didik, atau anak rohaninya. Diperlukan kerendahan hati serta rasa tidak takut tersaingi jika hendak mendelegasikan sebuah tugas kepada bawahan, jemaat, atau anak binaan.

Paulus mendelegasikan tugas kepada Timotius untuk mengambil dan memimpin sebuah pelayanan atau memimpin sebuah gereja. Sekalipun menurut usia Timotius masih sangat muda, kemungkinan untuk dianggap sangat mentah dan belum matang bisa menjadi bumerang serangan balik. Tapi dalam kenyataan ini, Paulus tetap berani untuk mendelegasikan tugas penggembalaan kepada Timotius untuk sebuah gereja di Efesus.

6. Duplikasikan diri pada murid
Timotius adalah anak rohani Paulus, Paulus memerlukan waktu cukup lama mencetak seorang Timotius menjadi pribadi yang seperti atau mendekati karakteristiknya. Paulus sadar bahwa segala sesuatu punya batas akhir, tetapi ia tidak mau apa yang masih dalam kerangka impiannya yang besar menjadi hilang termakan oleh usia atau oleh kematian. Kesadaran yang tinggi akan hal ini menyebabkan Paulus selalu berpikir tentang proses generasi rohani. Itulah sebabnya Paulus sangat berpikir strategis tentang kepentingan kepemimpinan Kristen pasca dirinya nanti, ia mendidik dan menduplikasikan dirinya kepada Timotius untuk menjadi pemimpin Kristen masa datang.

Banyak gereja telah memulai dan mengakhiri sebuah pelayanan dengan cemerlang, tetapi pemimpin tersebut tidak mempersiapkan pemimpin penggantinya, akibatnya jika figur dirinya telah memenuhi waktu untuk bersama Bapa di surga, apa yang dirintisnya berada dalam situasi kritis karena tidak ada pemimpin seperti dirinya yang telah dicetak sebagai penggantinya. Banyak gembala sidang tidak berpikir strategis seperti Musa yang dengan tekun menduplikasikan dirinya kepada Yosua, sama seperti Paulus menduplikasikan dirinya pada Timotius.

7. Pemotivasi yang baik bagi murid
Timotius masih sangat muda ketika Paulus memberikan pendelegasian padanya untuk dia memimpin sebuah gereja. Bagi orang Yahudi yang memegang filsafat bahwa orang yang tua adalah orang yang bijaksana, ini menjadi suatu kendala spikis buat Timotius yang masih muda. Timotius sangat ketakutan dan merasa minder karena kemudaannya. Ia takut ia tidak dihormati dan pemikirannya tidak diterima karena ia masih sangat muda.

Paulus adalah seorang pemimpin yang mahir memotivasi orang, di tengah ketakutan dan keminderan Timotius, Paulus memberikan perkataan-perkataan yang membangun Timotius. Salah satunya, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.”

8. Pemberi solusi pada murid
Paulus sangat mengenal Timotius, bahkan ia sangat mengenal kelemahan-kelemahan Timotius. Banyak kelemahan Timotius yang diketahui oleh Paulus, baik kelemahan mentalnya bahkan juga kelemahan fisiknya. Paulus sangat memahami dan sadar pada kenyataan tentang kelemahan Timotius. Semua itu tidak menyurutkan percayanya pada Timotius bahwa ia bisa menjadi seorang pemimpin yang hebat.

Sadar akan bahaya kelemahan Timotius, Paulus memberikan beberapa nasehat yang menjadi sebuah solusi bagi Timotius. Untuk kelemahan fisik Timotius, solusi yang diberikan Paulus adalah Timotius diharapkan minum anggur dalam proporsi yang tepat dan benar. Untuk kelemahan mentalnya, Paulus memberi solusi supaya Timotius mengobarkan karunia yang telah ia terima lewat penumpangan tangan. Ia juga mengingatkan Timotius untuk tidak menjadi takut, karena Tuhan tidak memberi roh ketakutan tetapi roh keberanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar