Rabu, 26 Oktober 2016

KEMATIAN ROHANI ANAK MUDA


Foto edit by: Bernata Asmail Manalu | Ketua Komisariat MB 2015-2016


Nats: Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Lukas 7:12 


GMKI FT-unimed | Perikop dari pembacaan firman Tuhan hari ini adalah Tuhan Yesus yang membangkitkan anak muda di Nain'.  Alkisah ada seorang janda yang mempunyai seorang anak tunggal  (laki-laki)  meninggal dunia.  Ketika anak muda yang mati itu diusung untuk dikuburkan banyak orang turut menyertai janda tersebut sebagai rasa simpati mendalam.  Namun rasa simpati tersebut tidak cukup untuk menolong supaya anak muda yang mati itu hidup kembali.  Di tengah perjalanan rombongan pengantar jenazah ini bertemu Tuhan Yesus.  Melihat hal itu tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, dan mujizat pun dinyatakan:  anak muda yang mati itu dibangkitkan-Nya!

Di zaman sekarang ini ada banyak keluarga yang mengalami persoalan sama, di mana anak-anak mereka mengalami kematian, tetapi bukan kematian secara fisik, melainkan kematian secara rohani.  Apa buktinya?  Banyak anak muda tidak lagi takut akan Tuhan, memberontak terhadap orangtua, dan terlibat dalam pergaulan yang sangat buruk.  Ada tertulis:  "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Iblis mengingini anak-anak muda mengalami kematian rohani, itulah sebabnya mereka selalu menjadi sasaran, incaran dan bidikan utama, sebab anak-anak muda adalah tiang dan juga tulang punggung suatu bangsa dan gereja.  Jika tiang itu rapuh dan rusak bisa dibayangkan seperti apa keadaan bangsa atau gereja di masa depan.

Banyak kisah di Alkitab sebagai referensi:  di zaman Musa, pemimpin Mesir  (Firaun)  memberikan perintah kepada seluruh rakyatnya:  "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup."  (Keluaran 1:22);  di zaman Daniel, saat itu raja Nebukadnezar membantai semua orang muda, kecuali yang berkualitas dibawanya untuk menjadi tawanan di Babel;  begitu pula pada zaman kelahiran Yesus, raja Herodes menyuruh membunuh semua anak  (laki-laki)  di Betlehem dan sekitarnya yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah  (baca  Matius 2:16-18).  Roh Iblis menunggangi Firaun, Nebukadnezar dan juga Herodes untuk membunuh anak-anak di zaman itu!

Masa muda adalah masa yang paling rawan karena selalu menjadi incaran Iblis!

Salam TRIPANJI
Ut Omnes Unm Sint
Shalom...Salam Perdamaian



Selasa, 18 Oktober 2016

DOKUMENTASI JALAN SANTAI DIES NATALIS GMKI CABANG MEDAN KE 62

PENGANTAR

Pemuda Berbicara Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Utara

 “Tidak ada Persatuan tanpa Perbedaan”
Pernyataan itu bukan tidak sering kita dengar baik secara lisan maupun dari media sosial. Kata “Persatuan” akan berlaku hanya jika ada “Perbedaan”. Betapa tidak, jika bukan karena perbedaan itu maka tidak akan ada yang perlu dipersatukan.
Perbedaan memang kerap kali menjadi mesiu pemicu kesalahpahaman bahkan pertikaian.Sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman, kita dituntut untuk  lebih menghargai keberagaman itu. Jangan sampai itu menjadi palu pemukul yang meretakkan bahkan menghancurkan bangsa kita.
Berbicara mengenai kerukunan tentu berbicara mengenai perbedaan pula karena perbedaanlah yang membutuhkan hal itu. Negara kita adalah Negara yang kaya akan Ras, Suku, Adat, Agama dan masih banyak hal lainya yang memperkaya bangsa kita. Sampai saat ini negara Indonesia memiliki 6 Kepercayaan yang diakui sebagai Agama. Agama mempunyai pengaruh yang besar akan karakter maupun moral dan etika keseharian orang-orang di negara ini. Keberagaman kepercayaan ini juga sangat mempengaruhi yang namanya persaudaraan di negara ini. Namun, perbedaan itu jugalah yang membuat nama negara ini besar dan dikenal di penjuru dunia.

POSISI PEMUDA DALAM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Ditengah kayanya keberagaman di negara ini, Provinsi Sumatera utara menjadi salah satu penyuplai keragaman itu. Hal ini tampak jelas dalam kehidupan kita sehari-hari yang berdomisili di daeerah Sumatera Utara. Sebagai agen perubahan yang kerap diberikan bagi mereka yang sedang memundak jabatan sebagai mahasiswa tentunya itu menjadi sebuah tanggungjawab yaitu menjaga kelestarian umat beragama. Kerukunan berarti saling mengakui keberadaan dengan saling menghargai setiap perihal-perihal masing-masing kepercayaan. Dalam kehidupan Mahasiswa di Sumatera Utara tak jarang Keberagaman ini menjadi pemecah. Hal itu sebenarnya akibat dari rasa cinta terhadap kepercayaan masing-masing. Namum, ada juga orang-orang yang memang motifnya untuk memecahbelah kerukunan yang sudah terpelihara. Disinilah kekritisan kita diuji sebagai kaum intelektual yaitu bagaimana kita dalam merespon hal itu. Sebagai salah satu provinsi yang besar di Negara ini, Sumatera Utara memang sangat rentan akan problem semacam itu.
Problema itu bisa kita lihat secara nyata di kehidupan kita sebagai generasi penerus bangsa. Kehidupan orang-orang muda erat dengan yang namanya kelompok-kelompok maupun organisasi.Organisasi kemahasiswaan, organisasi kemsyarakatan yang berbau Agama adalah gambaran nyata dari hal itu. Tak jarang organisasi-organisasi seperti itu maupun semacamnya dijadikan media untuk memberi gambaran yang kurang etis terhadap organisasi lainya. Disitulah kita diuji tentang reaksi kita untuk menanggapinya. Apakah dengan memberi tanggapan sebagaimana kita diuji atau mau meralat hal yang sebenarnya sudah menjadi virus yang bisa menghancurkan persaudaraan. Bisa dibilang pemuda itu adalah sasaran dari semua kebijakan-kebijakan dari ajaran agamanya. Perilaku npemuda adalah gambaran dari bagaimana norma akan agamanya. Tapi tak jarang pula ada oknum yang sengaja bertingkah untuk membuat sesamanya bertindak rasis.
Berbagai insiden yang di Sumatera Utara tidak pernah lepas dari keberadaan para pemuda. Agama di kalangan pemuda adalah hal yang sangat sensitif. Hal itu dikarenakan semangat pemuda itu cenderung masih dikuasai oleh emosionalnya yang masih labil. Untuk menjaga kerukunan umat beragama di Sumatera Utara sudah seharusnyalah Pemerintah dan mereka yang menjadi ahli-ahli Religius untuk mengarahkan semangat para pemuda sehingga tidak menjadi salah arah. Kehidupan pemuda di Sumatera Utara dalam keseharianya memang tidak begitu memandang apa dan siapa orang-orang di sekitarnya.Rasa kebersamaan dan kekompakan yang sangat kuat menjadi kebanggaan buat kita yang hidup di Sumatera Utara. Itu juga tidak lepas dari peranaktif dari mereka yang  melayani dimna para pemuda beraktivitas. Seperti di sekolah, kampus juga tempat-tempat ibadah yang selalu mengajarkan perlunya kerukunan. Keberagaman lainya seperti Suku, Adat istiadat juga menjadi factor yang menopang hal itu.Dalam hal ini Sumateta utara juga mempunyai forum yang mempunyai misi memelihara kerukunan umat beragama yang dinamakan Forum Lintas Pemuda. Tetapi, kerukunan di Sumtera Utara terpelihara tidak semata-mata karena keberadaan Forum ini melainkan jiwa kebersamaan itulah yang membangun karakter-karakter pemudanya.
Banyanya etnis dan suku di Sumatera Utara juga sangat berpengaruh terhadap kerukunan umat beragama itu sendiri. Betapa tidak wilayah yang awalnya hanya didiami oleh satu etnis saja dengan beberapa kepercayaan sudah ditambah  lagi dengan etnis baru yang pasti juga dengan karakter yang baru pula. Dan itu juga membawa perubahan dari yang sperti biasanya. Berkurangnya kawasan tempat-tempat umum yang mana menjadi wadah bagi para pemuda untuk mengisi kekosongan. Pemerintah harus bijak untuk mengarahkan para pemudanya dengan menfasilitasi berbagai hal-hal yang tidak lepas dari pelestarian umat Bergama itu sendiri.
“ Akidah Terjamin, Kerukunan Terjalin.
Itulah motto Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) .
Motto inilah yang menjadi jembatan untuk menyampaikan kerukunan umat beragama di Sumatera Utara supaya tidak membesarkan perbedaan dan memprioritaskan adanya persamaan.Tetapi menumbuhkan persaudaraan yang kental ditengah-tengah perbedaan itu. Upaya menanamkan kerukunan di Sumatera Utara dengan melestarikan persamaan itubukan berarti mencampuradukkan perbedaan yang adaKepercayaan dan norma masing-masing pemeluk  agama harus tetap dijunjung tinggiyang harus diupayakan  adalah terjalinya kerukunan antar umat beragama demi tercapainya keharmonisan hidup dalam keberagaman, saling memberi, membantu dengan tidak menjadika perbedaan agama sebagai sudut pandang dalam berperilaku sehari-hari. Untuk mewujudnyatakan hal itu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara membentuk tiga pilar kerukunan yaitu :
1)   FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama),
2)   Forum Lintas Pemuda, dan
3)   FORKALA (Forum Lembaga Adat dan Budaya).
Kerukunan umat beragama di Sumatera Utara sampai saat ini memang masih tergolong kondusif. Dan harapan dan tanggungjawab kita bersama untuk menjaga juga menghormati kerukunan itu di Sumatera Utara  juga di Negara Kita Indonesia untuk waktu yang tidak ditentukan. Keberhasilan ini berkat kerjasama berbagai pihak, seperti adanya tiga pilar kerukunan yang konsekuen mendukung terjalinnya kerukunan.Tiga pilar ini bersama pemerintah Daerah dan Departemen Agama dan majelis-majelis agama secara sinergi membina umat beragama. Kondisi kerukunan di Sumatera Hal ini diupayakan bukan hanya pada tataran pertemuan, seremonial tetapi menjadi kebutuhan masyarakat.
 Berdasarkan data yang saya dapat dari mediua sosial Wikipedia, Sumatera Utara yang mempunyai luas wilayah 71.680,68 Km2 berpenduduk 12.982.204 jiwa. Komposisi umat beragama: umat Islam sebanyak 8.579.983 jiwa (66,09 persen), Kristen Protestan dan Katolik 4.024.483 jiwa (31 persen), Hindu 14.28 jiwa (0,11 persen), Budha 303.783 jiwa (2,34persen), dan lain-lain 389.456 jiwa  (2,9 persen).
Pemeluk agama Islam terbanyak berada di 18 kota dan kabupaten, yakni di
 : Tapanuli Selatan, Mandailing Natal,Langkat, Asahan, Deli Serdang, Labuhan Batu, Medan, Serdang Bedagai, Sibolga,Tanjung Balai, Binjai, Tebing tinggi, Padang Sidempuan, Batubara, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Labuhan Batu Utara, dan Labuhan Batu Selatan. Sementara umat Kristen terbanyak di sembilan kota dan kabupaten, yakni : Tapanuli Utara, Nias, Nias Selatan, Karo, Dairi, Toba Samosir, Samosir, Pakpak Barat, dan Humbang Hasundutan. Sedangkan jumlah umat Islam dan Kristen hampir berimbang berada di Tapanuli Tengah dan Pematang Siantar. Dari 12.982.204 jiwa penduduk dan pemeluk agama di Sumatera Utara, telah berdiri 9.199 masjid, 10.325 mushalla, 10.277 gereja Kristen, 2.124 gereja katolik, 63 kuil, 367 vihara, dan 77 cetiya.
Hal-hal yang menggoyang kerukunan di Sumatera Utara yakni :Jumlah penduduk yang cukup besar, Kemajemukan dalam etnis, Suku,Budaya, Agamaperbedaan tingkat pendidikan dan lingkungan, masih adanya aliran sempatan, masih adanya sebagian kecil penduduk yang belum menganut agama resmi yang diakui (di pedalaman), Bergesernya nilai-nilai agama dan budaya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi serta dampak negatif pembangunan. Hal yang rawan dalam pembinaan kerukunan umat beragama kadang juga karena pendirian rumah ibadah yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku penyiaran agama kepada orang yang sudah menganut agama tertentu dengan imbalan materi (umumnya di daerah terpencil)perselisihan pribadi, kelompok, organisasi, yang akhirnya berkembang menjadi konflik keagamaanadanya kelompok secara diam-diam mengadu domba umat dengan menyebar selebaran berbau SARA atau semacamnyadan penggunaan rumah tempat tinggal atau rumah toko (ruko) menjadi tempat peribadatan dan sebagainya.
Persatuan dan kesatuan yang hakiki akan menciptakan kerukunanyang abadi. Kerukunan abadi akan mewujudkan bangsa yang makmur dan bermartabat. -Bangsa yang bermartabat akan mengangkat citra negara serta dapat menggugah pandangan bangsa untuk meneladaninya”.
Sebagai kader Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), kita juga dituntut untuk kontribusi dalam mewujunyatakan kerukunan itu. Menjunjung tinggi nilai-nilai kekristenan dengan menjaga keutuhan kerukunan beragama sebagaimana tertulis di konstitusi Grekan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Menjadi kaum yang menggagas indahnya persaudaraan yang menghidupkan sebagaimana tema Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia saat ini.

“KEINDAHAN ADA KARENA PERBEDAAN, TIDAK ADA PERSATUAN TANPA PERBEDAAN”

Salam Perdamaian.
Tinggi Iman, Ilmu, Pengabdian   Ut Omnes Unum Sint
(Ketua GMKI Komisariat FT-UNIMED M.B 2015/2016)