1.
Menjadi seorang yang dapat menerima kelemahan orang lain
Dalam
surat Filemon ini Paulus berjumpa dengan seorang budak yang bernama Onesimus, ia dimasukkan dalam penjara
karena melakukan tindakan criminal. Kesalahan Onesimus menyebabkan ia
dimasukkan alam penjara. Banyak orang memberi stigma negative pada semua tahanan
atau orang yang dimasukkan dalam penjara, dan sukar sekali mereka bisa menerima
dengan tulus seorang tahanan ataupun bekas narapidana.Tetapi Paulus memiiliki
hati seperti Kristus, ia justru menerima Onesimus untuk dilayanani. Paulus
memberikan waktu secara khusus membina Onesimus menjadi seorang yang berubah
secara radikal. Sentuhan tangan dan hati Paulus yang dia dapat dari teladan
Kristus memberinya kemauan yang keras bahwa Onesimus bisa menjadipribadi yang
berubah menjadi baik.
Dalam
pelayanan Yesus di dunia Ia memberi pemaknaan yang baru tentang obyek manusia
yang dilayani. Dalam pandangan kaum Farisi orang benar yang menjadi obyek
pelayanan tetapi Yesus mengatakan, “ Bukan orang benar yang memerlukan tabib,
tetapi orang sakit yang memerlukan tabib. Sebab Anak Manusia datang untuk
mencari orang yang berdosa.” Semangat ini juga yang dikembangkan oleh Paulus
dalam pelayanannya. Waktu bertemu dengan Onesimus hatinya dipenuhi dengan kasih
yang luar biasa sehingga ia tergerak untuk melayani secara pribadi Onesimus.
2.
Menjadi seorang yang dipenuhi dengan
kesabaran
Membentuk
seorang budak yang punya latar belakang tidak baik membutuhkan kesabaran yang
luar biasa. Tanpa sebuah kesabaran, mustahil Onesimus dimenangkan oleh Paulus
menjadi pribadi yang baru. Sebuah kesabaran yang sekalipun kelihatan lama
hasilnya, selalu memberi hasil yang besar. Kesabaran ibarat titik air yang
menetes di batu karang terus menerus sehingga membuat lubang besar pada batu
karang.
Seorang
penjunan yang ahli dapat membuat perabot-perbot yang indah bukan hanya karena
ia mempunyai ketrampilan tangan, tetapi ia harus memiliki tingkat kesabaran
yang tinggi. Seorang pemimpin KKA harus memiliki sebuah kesabaran yang tinggi
seperti Kristus dan Paulus. Ia sabar menghadapi tekanan, perbantahan, dan sabar
melihat hasil akhir dari apa yang telah ia kerjakan.
3.
Menjadi seorang yang tidak suka memerintah dan memaksakan kehendak
Onesimus
adalah budak dari seorang kaya yang bernama
Filemon. Kebetulan Paulus sangat mengenal dengan Filemon, bahkan Filemon
termasuk anak rohani dari Paulus. Tentu, Paulus punya wewenang untuk langsung
menentukan sikap dan mengambil keputusan tanpa meminta persetujuan dari
Filemon. Tetapi Paulus tidak melakukan dan menggunakan wewenang rohaninya
sebagai guru rohani Filemon dengan mengambil keputusan secara sepihak.
Inilah
sikap seorang gembala yang baik, sekalipun ia punya kuasa untuk mengambil
sebuah keputusan berdasarkan posisinya, tetapi ia tetap menghargai dan
menghormati orang lain sebagai pribadi yang pantas untuk diajak bertukar
pikiran. Seorang gembala tidak boleh memaksakan kehendaknya, ia harus
melibatkan orang lain dalam proses pengambilan keputusan sehingga membuat
konflik semakin kecil.
4.
Menjadi pribadi pendamai
Onesimus
melakukan tindakan yang tidak baik, ia telah melakukan tindakan yang jahat
terhadap tuannya, Filemon. Hubungan yang baik di antara keduanya menjadi rusak
karena ulah Onesimus yang tidak baik. Atas tindakan Onesimus yang salah
tersebut, maka Filemon memasukkan Onesimus ke dalam penjara. Konflik antara
Onesimus dan Filemon menjadi sebuah perusak kemitraan mereka berdua.
Paulus
adalah seorang mediator yang ulung, di tengah hubungan yang tidak harmonis dan
rusak tersebut ia tampil sebagai seorang pendamai. Ia meminta atau memohon
kepada Filemon untuk menerima atau berbaikan dengan Onesimus. Dan akhirnya
Onesimus kembali lagi ke tempat Filemon. Seorang pemimpin KKA pemuda adalah
seorang yang senang dan selalu mengupayakan pendamaian terhadap seseorang yang
sedang berkonflik, sehingga situasi yang kondusif terjalin kembali.
5.
Membagikan kepercayaan dengan mendelegasikan tugas
Pendelegasikan
tugas adalah penyerahan wewenang dari atasan kepada bawahan di lingkungan tugas
tertentu dengan kewajiban mempertanggungjawabkan kepada yang menugasi. Tidak
semua pemimpin memiliki keberanian untuk mendelegasikan sebuah tugas kepada
bawahannya, jemaat atau anak didik, atau anak rohaninya. Diperlukan kerendahan
hati serta rasa tidak takut tersaingi jika hendak mendelegasikan sebuah tugas
kepada bawahan, jemaat, atau anak binaan.
Paulus
mendelegasikan tugas kepada Timotius untuk mengambil dan memimpin sebuah
pelayanan atau memimpin sebuah gereja. Sekalipun menurut usia Timotius masih
sangat muda, kemungkinan untuk dianggap sangat mentah dan belum matang bisa
menjadi bumerang serangan balik. Tapi dalam kenyataan ini, Paulus tetap berani
untuk mendelegasikan tugas penggembalaan kepada Timotius untuk sebuah gereja di
Efesus.
6.
Duplikasikan diri pada murid
Timotius
adalah anak rohani Paulus, Paulus memerlukan waktu cukup lama mencetak seorang
Timotius menjadi pribadi yang seperti atau mendekati karakteristiknya. Paulus
sadar bahwa segala sesuatu punya batas akhir, tetapi ia tidak mau apa yang
masih dalam kerangka impiannya yang besar menjadi hilang termakan oleh usia
atau oleh kematian. Kesadaran yang tinggi akan hal ini menyebabkan Paulus
selalu berpikir tentang proses generasi rohani. Itulah sebabnya Paulus sangat
berpikir strategis tentang kepentingan kepemimpinan Kristen pasca dirinya
nanti, ia mendidik dan menduplikasikan dirinya kepada Timotius untuk menjadi
pemimpin Kristen masa datang.
Banyak
gereja telah memulai dan mengakhiri sebuah pelayanan dengan cemerlang, tetapi
pemimpin tersebut tidak mempersiapkan pemimpin penggantinya, akibatnya jika
figur dirinya telah memenuhi waktu untuk bersama Bapa di surga, apa yang
dirintisnya berada dalam situasi kritis karena tidak ada pemimpin seperti
dirinya yang telah dicetak sebagai penggantinya. Banyak gembala sidang tidak
berpikir strategis seperti Musa yang dengan tekun menduplikasikan dirinya
kepada Yosua, sama seperti Paulus menduplikasikan dirinya pada Timotius.
7.
Pemotivasi yang baik bagi murid
Timotius
masih sangat muda ketika Paulus memberikan pendelegasian padanya untuk dia
memimpin sebuah gereja. Bagi orang Yahudi yang memegang filsafat bahwa orang
yang tua adalah orang yang bijaksana, ini menjadi suatu kendala spikis buat
Timotius yang masih muda. Timotius sangat ketakutan dan merasa minder karena
kemudaannya. Ia takut ia tidak dihormati dan pemikirannya tidak diterima karena
ia masih sangat muda.
Paulus
adalah seorang pemimpin yang mahir memotivasi orang, di tengah ketakutan dan
keminderan Timotius, Paulus memberikan perkataan-perkataan yang membangun
Timotius. Salah satunya, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena
engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam
tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.”
8.
Pemberi solusi pada murid
Paulus
sangat mengenal Timotius, bahkan ia sangat mengenal kelemahan-kelemahan
Timotius. Banyak kelemahan Timotius yang diketahui oleh Paulus, baik kelemahan
mentalnya bahkan juga kelemahan fisiknya. Paulus sangat memahami dan sadar pada
kenyataan tentang kelemahan Timotius. Semua itu tidak menyurutkan percayanya
pada Timotius bahwa ia bisa menjadi seorang pemimpin yang hebat.
Sadar
akan bahaya kelemahan Timotius, Paulus memberikan beberapa nasehat yang menjadi
sebuah solusi bagi Timotius. Untuk kelemahan fisik Timotius, solusi yang
diberikan Paulus adalah Timotius diharapkan minum anggur dalam proporsi yang
tepat dan benar. Untuk kelemahan mentalnya, Paulus memberi solusi supaya
Timotius mengobarkan karunia yang telah ia terima lewat penumpangan tangan. Ia
juga mengingatkan Timotius untuk tidak menjadi takut, karena Tuhan tidak
memberi roh ketakutan tetapi roh keberanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar